TAKOYAKI, BOLA KECIL PEMANJA LIDAH
Takoyaki adalah salah satu street food paling populer dari Jepang, khususnya Osaka. Bola-bola kecil renyah di luar, lembut di dalam, dengan isian gurita dan topping yang kaya rasa ini memiliki sejarah dan evolusi yang menarik.
1. Awal Mula Ide Makanan Dicetuskan
Ide dasar makanan yang dimasak dalam cetakan bulat kecil sebenarnya sudah ada sebelum takoyaki. Ada beberapa hidangan sejenis di Jepang yang menjadi cikal bakal takoyaki:
Choboyaki (ちょぼ焼き): Ini adalah pancake mini yang dibuat dalam cetakan setengah bola, populer di Kyoto dan Osaka pada periode Meiji. Isiannya sederhana, seringkali hanya sayuran.
Radioyaki (ラジオ焼き): Sekitar tahun 1930-an, di Osaka, muncul hidangan yang disebut Radioyaki. Namanya berasal dari popularitas radio pada masa itu. Radioyaki memiliki bentuk bulat seperti choboyaki tetapi isiannya sudah lebih bervariasi, seperti konnyaku dan daun bawang, dan kadang ditambahkan kaldu dashi. Uniknya, beberapa sumber menyebutkan Radioyaki sudah mulai menggunakan potongan daging sapi atau jeroan.
Ide takoyaki yang sesungguhnya dicetuskan oleh Tomekichi Endo (遠藤留吉), pemilik sebuah kedai bernama Aizuya (会津屋) di Osaka.
Tahun 1935: Endo-san ingin mengembangkan Radioyaki. Ia mendapat saran dari pelanggannya untuk menambahkan tako (gurita) sebagai isian utama, karena gurita adalah makanan laut yang umum dan digemari di wilayah Osaka. Ide ini segera diterima dan disukai banyak orang. Penggunaan tepung terigu yang dicampur kaldu dashi dan telur juga menjadi ciri khasnya. Nama "Takoyaki" sendiri secara harfiah berarti "gurita panggang" atau "gurita goreng".
2. Awal Mula Konsumsi dan Popularisasi
Setelah dicetuskan oleh Tomekichi Endo di Aizuya pada tahun 1935, takoyaki segera populer di Osaka:
Pusat Popularitas di Osaka: Osaka memang dikenal sebagai "dapur Jepang" (天下の台所, tenka no daidokoro), dan takoyaki dengan cepat menjadi salah satu ikon kuliner kota tersebut. Kedai-kedai takoyaki bermunculan, terutama di area street food dan pasar.
Harga Terjangkau dan Mudah Ditemukan: Sifatnya yang merupakan makanan pinggir jalan yang lezat, hangat, terjangkau, dan mudah dimakan sambil berjalan menjadikan takoyaki sangat digemari oleh semua kalangan, dari anak sekolah hingga pekerja kantoran.
3. Perkembangan Hingga Sekarang
Dari Osaka, takoyaki menyebar ke seluruh Jepang dan kemudian ke seluruh dunia:
Penyebaran di Jepang: Seiring waktu, takoyaki mulai dikenal di luar Osaka, menjadi makanan favorit di festival (matsuri), pasar malam, dan area perbelanjaan di seluruh Jepang. Kedai-kedai khusus takoyaki juga dibuka di kota-kota besar lainnya.
Inovasi Alat Masak: Perkembangan panggangan khusus takoyaki (プレート, purēto) dengan cekungan-cekungan setengah bola memudahkan proses pembuatannya secara massal dan efisien.
Globalisasi: Pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21, seiring dengan popularitas budaya pop Jepang (anime, manga, J-pop), takoyaki juga ikut dikenal di luar Jepang. Restoran Jepang dan food truck di berbagai negara mulai menyajikan takoyaki, seringkali disesuaikan dengan selera lokal.
Home Cooking: Takoyaki juga menjadi makanan yang umum dimasak di rumah di Jepang. Banyak keluarga memiliki panggangan takoyaki mini dan sering mengadakan "Takoyaki Party" (Takopa) bersama teman atau keluarga.
4. Tradisi Konsumsi Takoyaki
Takoyaki memiliki beberapa tradisi dan asosiasi budaya yang kuat:
Makanan Khas Osaka: Takoyaki adalah salah satu simbol kuliner paling kuat dari Osaka. Mengunjungi Osaka tanpa mencicipi takoyaki rasanya kurang lengkap.
Street Food dan Festival: Ini adalah makanan pokok di yattai (kedai makanan pinggir jalan) dan matsuri (festival Jepang). Antrean panjang di kedai takoyaki adalah pemandangan umum.
Dikonsumsi Hangat: Takoyaki paling enak dinikmati selagi panas, langsung dari panggangan. Ini menciptakan sensasi renyah di luar dan lumer di dalam.
Dimakan dengan Tusuk Sate/Sumpit: Umumnya dimakan dengan tusuk sate bambu atau sumpit, biasanya dalam kemasan karton kecil berisi 6-10 bola.
Cepat dan Ramai: Proses pembuatannya yang cepat dan visual (koki membolak-balik bola dengan sigap) menjadi tontonan menarik di pinggir jalan.
5. Variasi Zaman Sekarang
Meskipun takoyaki tradisional tetap menjadi favorit, banyak variasi telah muncul, baik dalam isian maupun toppingnya:
Isian (selain gurita):
Keju: Sering menjadi tambahan populer untuk rasa creamy dan gurih.
Sosis/Bacon: Variasi non-gurita untuk anak-anak atau yang tidak suka seafood.
Kimchi: Untuk sentuhan pedas dan fermentasi ala Korea.
Jagung: Menambah tekstur renyah dan rasa manis.
Mo chi: Memberikan tekstur kenyal yang unik.
Kani (kepiting imitasi): Alternatif seafood yang lebih murah.
Sayuran: Beberapa variasi menggunakan sayuran cincang lebih banyak.
Topping Klasik:
Saus Takoyaki: Saus kental manis-gurih yang mirip saus okonomiyaki atau tonkatsu.
Aonori (青海苔): Rumput laut kering yang dihaluskan.
Katsuobushi (鰹節): Serutan ikan cakalang kering yang menari-nari karena panasnya takoyaki.
Mayones: Sering dioleskan di atas saus takoyaki.
Beni Shoga (紅しょうが): Acar jahe merah iris tipis, memberikan rasa asam dan sedikit pedas untuk menyeimbangkan.
Topping Inovatif:
Saus Pedas: Mayones pedas, saus sriracha.
Negi (葱): Daun bawang segar cincang.
Keju Parut: Kadang ditaburi keju parmesan.
Telur Ikan: Tobiko atau mentaiko untuk rasa umami dan tekstur popping.
Cabai Rawit: Untuk selera Asia Tenggara.
Variasi Regional/Modern:
Beberapa kedai takoyaki eksperimental menawarkan topping "fusion" seperti pizza-style takoyaki (dengan saus tomat dan keju mozzarella), atau takoyaki dengan saus mentaiko (telur ikan pollock pedas).
Ada juga variasi adonan yang lebih kaya rasa atau tekstur.
Akashiyaki: Meskipun bukan takoyaki, Akashiyaki dari Hyogo adalah sepupu takoyaki yang lebih tua, biasanya disajikan dengan kaldu dashi untuk dicocol, dan lebih fokus pada rasa telur dalam adonan. Ini sering dianggap sebagai inspirasi langsung untuk takoyaki.
Komentar